“Men besok nyoblos yang mana?”
Setiap orang yang kutemui hampir menanyakan hal yang serupa, mungkin karena hanya basa basi atau ingin mendengarkan pendapatku. Sebenarnya ini pertanyaan yg cukup sulit untukku, walau tidak pernah absen nonton debat, bahkan sampai buat decision tree tetep aja ujungnya pusing. Trus ketiduran . . . .
Bagi segelintir orang, mungkin Presiden bukan sesuatu hal yang berimpact langsung terhadap urusan dapur, dompet, ranjang mereka. tapi bagiku adalah with whom I work for 5 year ahead. Dengan visi dan misi apa yang akan aku dukung jalannya, baik sebagai warga negara, umat beragama, pegawai kantoran dan seorang single with happy life.
Thank You, Next..
Setiap pemilu, terutama Pemilihan Presiden, hampir semua menjadi ahli dan pengamat instan.
Abang Jualan Cimol samping alfamart tiba-tiba bisa “ahli” ngomong soal kurs mata uang yang dulu harus aku selesaikan 2 sks di UI sambil nangis darah.
atau
Mba laundry yang tiba-tiba menjadi mengerti ayat-ayat agama yang biasanya obrolannya sambil nimbang baju ga jauh dari gosip yang beredar dilambe turah. Ya kadang agak telat dikit lah. Kadang cerita penjambakan dia udah lewat 2 minggu yg lalu.
Dulu kalo kewarung indomie pengkolan bahasannya ga jauh dari jagoan Liga Dangdut, sekarang udah sampai ngebahas lapangan pekerjaan bahkan pertambangan, yang aku lihat abang – abang ini daritadi cuma nongkrong saja sambil minum kopi dan berlalu sambil bilang “kasbon ya…”
Senang…
Karena sekarang Rakyat Indonesia bebas berpendapat, bayangkan di era dulu saat berpendapat adalah tabu bahkan kalo ada yang berani BUI menanti. Betapa mewahnya kesempatan yang kita miliki hari ini.
Rakyat Indonesia bisa lebih cepat tahu, arus informasi yang bisa persekian detik sampai ke telefon genggam Mamake dirumah, lengkap dengan analisis yang mudah dibaca dibandingkan isi headline koran ternama.
Rakyat Indonesia lebih peduli dengan apa yang terjadi di negaranya. Bahkan harga cabe naik saja 100 rupiah aja perkilo seantero pasar pagi Utan Kayu mengetahuinya melebihi hebohnya isu data facebook yang membuat Mark “Shirt Abu2” jadi sasaran petisi.
Kaum Milenial #yoimamen sekarang mulai “ngeh” politik. Dulu politik bagi kaum muda seusia kita adalah urusan para orang tua, atau urusan kaum BEM, dan biasanya dikomandoi oleh para aktivis yang dibalik kesangaran suara melalui Toa, ada IPK terbirit2 sana sini.
Demokrasi menjadi lini setiap kehidupan. Setelah tahun 98, Negara adalah Rakyat, Rakyat adalah Negara. Mulai belajar arti harfiah dari hak dan kewajiban, bukan hanya kalimat yang tak bermakna namun tertulis di buku pendidikan kewarganeraan lungsuran dari kaka kelas. Rakyat mulai mengenal apa itu namanya (daging) HAM.
Tentu saja ada sisi mata uang yang lain yang berjalan beriringan dengan semua hal diatas.
Ketika pendapat menjadi lebih tinggi kedudukannya dibandingkan teori, ajaran, dogma bahkan ayat suci. Pendapat seyogyanya adalah tafsiran yang dibalut oleh keyakinan pribadi, ditambah teori (atau mungkin tidak) yang diketahuinya utk membuatnya terlihat valid biasanya dimbumbui dengan penaruhan gelar si pemberi pendapat diakhir salam, atau lebih joss lagi ditambah petikan firman Tuhan. Beuh.. keabsahannnya melebihi jurnal ilmiah yang di uji secara Blind oleh para pengujinya sampai laik terbit di portal jurnal berbayar.
Informasi yang sangat cepat, mungkin melebihi kecepatan Bouraq.
Aku mengenal mantra sakti yang luar biasa melebihi kecepatan cahaya dan kekuatan bulan sailor moon yaitu “kekuatan henpon jadul cekrek cekrek”
Tapi informasi tersebut menjadi terlalu cepat dan banyak, sehingga membuat kita overload. tidak memiliki waktu untuk memverifikasi kebenarannya, ditambah lagi kemampuan media untuk membentuk suatu opini, idealisme jurnalis yang kadang seperti dikebiri tanpa perlawanan, kita mulai menyerah dan berkata “mungkin ini benar” soalnya dikirim oleh si A si B yang mungkin dia pun sharing sambil ngasih makan burungnya. eh…
Jempol netijen ini luar biasa, pantesan banyak yang suka foto sambil berjempol ria.
Kepedulian rakyat indonesia sampai ditaraf “aku tau yang terbaik untuk Indonesia” padahal yang ngomong masih skip minum obat diabet, atau masih ngerokok padahal menderita paru – paru parah. Kita harus sadari “terbaik” disini tidak selalu dirasakan terbaik oleh pihak lainnya. Bisa aja terbaik bagiku adalah kamu belajar dan mengambil beasiswa, ternyata terbaik bagimu adalah main game sepanjang malam. (moon maap bukan curcol :p)
Kaum Milenial yang menurut info BPS sebanyak 1/5 jumlah penduduk Indonesia dan memiliki kekuatan 23% pada pemilihan umum tahun ini mulai merambah dunia politik, ada yang jadi Caleg, Bupati, bahkan Gubernur. Ungkapan kaum yang lebih kritis dan sulit diatur namun terpelajar ini digadang-gadang menjadi kekuatan masa depan Indonesia.
Benarkah?
Aku juga masih menanyakan hal yang sama pada diri sendiri. Apa yang pernah aku perbuat untuk Indonesia? Aku berada diantara dikotomi pemuda pemudi indonesia benar adanya seperti ramalan para ekonom, namun tidak terlalu jumawa dan terus bertanya kontribusi apa yang bisa aku berikan. Mungkin dikarenakan aku masih suka travelling ke luarnegeri, masih beli sepatu merk luar, dan suka mengeluh dan berkata “orang indonesia nih..” seakan pasporku tidak berwarna hijau berlambang garuda.
Mungkin ada yang apatis, tapi aku yakin, sedikit tidaknya dalam sehari mereka membaca portal berita politik. Politik bukan hanya semata partai ya, tapi cakupannya luas walau tak seluas cintaku padamu. Hai Bang!
Demokrasi?
Demokrasi/de·mo·kra·si/ /démokrasi/ n Pol (KBBI) :
1 (bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantaraan wakilnya; pemerintahan rakyat;
2 gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara;
Banyak artian demokrasi yang lain yang mungkin bisa kalian cari sendiri, siapa tau keluar di ujian PNS.
Salah satu yang nyata wujudnya adalah Pemilu Besok. Pemilu yang diusahakan dengan berdarah – darah untuk bisa kalian nikmati besok dengan bukti celup tinta ungu yang bisa buat diskonan juga.
ASN (aka PNS) tidak digiring untuk memilih satu calon tertentu dan partai tertentu walau “dibatasi” kebebasannya untuk tidak memperlihatkan condongan atau ikut kampanye berbau politik. Setidaknya Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 bilang begitu sih. Walau ada juga yang nakal. Ya namanya juga manusia biasa ya beyb, mayan kaos gratis. 🙂
Dari semua rapelan yang aku utarakan diatas, yang mungkin juga gerutuan hampir sebagian orang, jangan mengurangi niat kalian untuk datang ke TPS. apalagi yang udah terdaftar sebagai DPT. Hak memilih secara langsung seperti sekarang didapat dengan cara yang tidak mudah. Walau dibarengi dengan bisikan lain yang berkata :
“Pemilu Indonesia ga sebagus di Amerika”
Yah namanya mereka telah mempraktekkan ini beratus tahun beb. ya ga apple to apple lah. lagipula “bagus” ini bukan bilangan mutlak. Kita hanya melihat dari kejauhan. lagipula mari kita terus dukung indonesia agar mendpatkan formulasi demokrasi yang benar dan sesuai dengan masyarakat kita. Ada kan yang namanya Trial and Error?
“Politik itu kotor”
Kotor politik memang selalu dikonotasikan Jelek. Tapi memang ada harga yang harus dibayar untuk sesuatu. Lagipula hitam belum tentu kotor, begitupula putih belum tentu bersih. lagipula berani kotor itu baik beb.
“Bingung milih, males milih, atau tidak ada yg dapat mewakili suaraku”
Ya namanya manusia . Kalo adapun yg bisa 100% mewakili suaramu, belum tentu 100% mewakili suara yang lain. lagipula anda bukan anak sultan, ga usah sok ekslusif begitu. Hp aja masih nyicil, moon maap!
“Golput aja”
Silahkan, terserah nanti surat suaranya mau digambar, dilukis, dijahit, semua TERSERAH. tapi jangan mengurangi niat kalian untuk datang ke TPS. Tetap coblos. Jangan sampai suara kalian dipergunakan oleh orang yang memiliki kepentingan. Lagipula masih banyak orang diluar sana yang tidak terdaftar sebagai DPT atau terlambat mengurus form A5, yang akhirnya tidak dapat mempergunakan hak suaranya. Jadi kalian yang diberikan kemewahan ini pergunakanlah.
Tapi sebelum itu, pernahkan kalian berpikir, mungkin bagi kalian satu suara kalian tidak berarti apa2. tapi bagaimana ini dipikirkan oleh sebanyak 1/5 masyarakat lainnya? 🙂
Bagi kalian yang masih bingung, bimbang, ragu, gundah gulana, tidak nafsu makan, cacingan, mungkin bisa coba situs ini.
https://pilahpilihpilpres.com/
Aku appreciate banget sama yang niat buat, ngebantu kalian yang tidak sempat dan males nonton debat bisa coba opsi ini, mana paslon yang kira-kira mengakomodir harapan kalian lengkap dengan penjelasan diakhirnya yang merujuk pada sumber berita. Ingat karena cuma one time quiz, pikirkan dengan matang pilihannya. Perlu menjadi perhatian dipertanyaan terakhir ada pertanyaan “kalian milih pasangan mana” ini tidak akan mempengaruhi hasil akhirnya. kalo kalian tidak mau terdeteksi, ada kok pilihan “tidak memilihnya”. Semoga membantu.
Kembali lagi, pilihan kali ini bukan salah dan benar, tapi kemana hati kita memilih dan percaya, dengan siapa negara ini kita titipkan untuk dijalankan, dan apa hal kecil yang kita mampu kita perbuat untuk negara ini.
Negara dimanapun memiliki masalahnya masing-masing, janganlah sifat membanding-bandingkan kita membuat kita lupa bahwa Indonesia juga punya sejuta alasan untuk jadi tempat tinggal yang aman dan nyaman.
Tentu banyak hal yang harus kita benahi BERSAMA, banyak hal yang harus kita usahakan BERSAMA, banyak “kalau” yang harus kita wujudkan BERSAMA.
Presiden bukan Tuhan yang bisa bekerja sendiri, dan juga bukan Raja yang ditasbihkan dan suci. Berdoa bahwa apa yang kita lakukan, pemimpin kita lakukan membawa kebaikan secara universal, yang diselipkan pehamaman mungkin akan dirasakan tidak enak disalah satu pihak dan terlihat enak dipihak yang lain, dan bekerja agar negara yang kita cintai ini mampu berjalan.
Semoga Tuhan selalu melindungi kita dan para pemimpin kita. Amiin.
Cheers 💕,
Mendys
Tulisan ini adalah tulisan mendadak. Baru saja dibuat 1 jam yang lalu, namun risaunya emang sudah lama tapi karena terhalang Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 dan kesibukan 30 hari mencari cinta, ya gitu deh…
Tinggalkan Balasan