[Event] – #JCP14 Hidung Belang

20180712_153145

Another excitement from Jakarta City Philharmonic (JCP) last night! Lemme talk first about contemporary dance by Siko Setyanto and United Dance Works, and rich baritone performance by Dody Soetanto with Lieder eines fahrenden Gesellen. Seriously? JCP and all performers you nailed it! I was about to cried and forgot how to breath along the event.

Tema kali ini yang coba diangkat adalah Hidung Belang (Hasrat, Ego, dan Prinsip). Begitu pertama kali mendengar tema kali ini aku teringat dengan sosok Don Juan, A common metaphor for a womanizer. And Yes, it is! Semua musik yang diperdengarkan hari ini bercerita mostly tentang symbol of libertinism from spanish ini. Terlepas dari sosok fiksi ini, JCP selalu sukses membawa isu urgensi yang tengah berkembang di masyarakat.

Aku ingin bertanya apakah kalian memiliki pemikiran yang sama dengan ku saat ini? Didalam buku program JCP disebutkan isu yang mencoba di dulang adalah seputar gender, pelecehan seksual dan diskriminasi. But, aku menangkap satu obyek lain apalagi setelah di 15 menit pertama pengenalan konser, Siko Setyanto, koreografer pengirin tarian di GLUCK Suita Don Juan, mengatakan bahwa ini pengejawantahan dari cerita dan experience pribadi yg sedang marak terjadi.

(let’s directly to say about isu receh yang merebak di akun gosip online? I hope you understand dude. cause I hard to spell it 😀 )

Processed with VSCO with k3 preset

Don Juan, mungkin sebagian besar orang sepakat mengandung sisi negatif lebih besar. tapi mari kita mencoba memikirkan dari sisi lainya. Aku setuju Don Juan adalah pengobyekan dari sebuah hasrat. Hasrat dibentuk dari rangkaian ideologi dari produk kultural yang kita konsumsi, pemberitaan dimedia massa serta nilai ideal yang didoktrin untuk kita rujuk. Hasrat dilihat dari kacamata lain adalah bentuk pengaktualisasian diri, sifatnya fundamental, dan siap menderita demi terwujudnya cita -cita. Hasrat juga selalu dipasangkan dengan kata duniawi yang artinya memiliki potensi berbenturan dengan kontrol sosial masyarakat. Akhirnya bisa dinilai jahat, psikopat dan tidak terbendung.

Kembali lagi individu memiliki tujuan hidup yang berbeda, perlu direnungkan apa yang menjadi tujuan utamanya dan bagaimana dengan hal – hal yang bertentangan dengan ego pribadi.

Okay, let’s move on

Aku merasa pertunjukan kemarin adalah pertunjukan tersingkat yang pernah aku saksikan. APIK! Semua musik yang disajikan membentuk satu kesatuan kisah yang berdiri solid.

Mozart, Overtur Don Giovanni,

or let’s say Anthem to procrastination. Why? I will give it you lullaby about this.

klik disini untuk cerita singkat nya, dan klik disini untuk dapat cerita lebih mendalam, if you interested.

Musik kali ini mempresentasikan seksualitas dan erotisisme Don Giovanni, seorang Don Juan pada masa kesalehan kristiani. Mendengar musik ini seperti desiran hawa nafsu yang memicu adrenalin kita, mungkin karena musik ini dibuat dalam keadaan tergesa-gesa dan hang-over kali ya. But, tidak ada yang bisa di ragukan dari kualitas seorang mozart ya kan? Say HI to asisten pengaba kelahiran 95 Vincent Wiguna yang mengkonduktori musik ini. #anothergreatmilenials. And, Hey oboes, clarinets, bassoons, and horns, you even make it more dramatic. I HEAR YOU! 

Bagi kalian yang ingin mendengar versi lebih lengkap dari DON GIOVANNI klik disini ya. This the best version (menurutku) yang ada di youtube. 🙂

Asmara, Etude untuk orkestra

Seperti tugas sebuah etude yang dimaksudkan pemanasan sebelum orkes memainkan karya lain yang berskala lebih besar yang digubah bersama sejumlah komponis Asia Tenggara.

Gluck, Suita Don Juan

Processed with VSCO with k3 preset

Yang dimainkan kali ini adalah montase pertama, ketiga dan terakhir, yang mana menurutku bagian terakhir adalah bagian pamungkas lagu ini, diiringi apik oleh para penari United Dance Work. Tarian arwah arwah alam baka saat mereka mengiring Don Juan keneraka. Can you imagine that? THE THEATRICAL VIBES! It’s blends so well and even it sounds more powerful with trumpets. Can you think this collaboration will show up in other philharmonic? I don’t think so. Thanks JCP you made this two show in one row.

For you to understand tarian arwah vibes a.k.a Allegro non Troppo klik disini

MAHLER, Madah Kelana sang Catrik/Song of a Wayfarer/ Lieder eines fahrenden Gesellen

 

Processed with VSCO with k3 preset

Lagu yang digubah sendiri oleh Mahler terinspirasi dari koleksi puisi rakyat berjudul Das Knaben Wunderhorn (Sangkakala Bertuah Sang Cantrik). Aku masih bertanya – tanya pemilihan kata Cantrik yang dipilih untuk mempertegas kata Wayfarer. Apakah untuk mempertegas dari kalimat kelana biar terdengar lebih filsuf? Mungkin kalau ada kesempatan aku ingin bertanya langsung Mas Aditya Pradana, konseptor buku acara JCP. I appreciate setiap buku program JCP yang ditulis apik dan terstruktur. #it’snotmodusyouknow

Musik ini diiringi syair 4 bagian yang di nyanyikan dengan sangat menyentuh oleh Dody Soetanto dalam Deutsch. It’s not hard to understand walau dengan bahasa jerman tapi penonton disajikan terjemahan bahasa di layar. Thanks for consideration nya ya JCP 😄

Bagian pertama berjudul  “Wenn mein Schatz Hochzeit macht” (“When My Sweetheart is Married”) bercerita tentang ratapan seseorang yang ditinggal menikah dengan orang lain yang memutuskan untuk menemukan damai pada alam. mungkin di part ini banyak penonton yang baper kali ya : P #notme

Bagian kedua berjudul  “Ging heut’ Morgen über’s Feld” (“I Went This Morning over the Field”) bercerita tentang keriangannya ketika bertemu damai pada alam. Di syair di sebutkan tentang hadirnya pipit jenaka, embun dirumput hijau dipuncaki pada satu titik dia menyadari kebahagiannya berakhir seiring dengan musim semi karena cintanya telah pergi (semacam baper lagi gitu ya masnya…)

Bagian Ketiga berjudul  “Ich hab’ ein glühend Messer” (“I Have a Gleaming Knife”) adalah metafor dari pengkhianatan. Cinta dan kebahagian lah yang menusuk hati nya sangat dalam.

Bagian keempat berjudul  “Die zwei blauen Augen von meinem Schatz” (“The Two Blue Eyes of my Beloved”) adalah mars pemakaman, terdengar muram dan pilu. Diceritakan pada akhirnya pemuda ini melakukan perjanlana malam untuk menemukan kedamaian dibawah lindungan pohon tilia (identik dengan metafora kematian pada era romantik) tergambar kepiluan pada kalimat “Everything: love and grief, and world, and dream!”

Untuk kalian yang ingin tahu musik ini bisa klik disini untuk Versi Orkestra (with subs) dan versi instrumentnya disini.

Processed with VSCO with k3 preset

Strauss, Don Juan.

Oh my GOD… Oh my GOD.. It’s “Love is a rebellious bird” !!! #ThanksLarry1D

Lagu ini adalah tentang personal dan pesona seorang Don Juan. Tidak ada yang bisa dikatakan selain nikmati saja alunan musik tanpa syair terdengar dari lagu ini. Syahdu, lirih, jantung berdetak, dan akhirnya terlena. Klik disini untuk tahu lebih lanjut musiknya.

Aku upload video singkat acara ini di Instagram ku, silahkan klik disini ya.

Secara keseluruhan philharmonic kali ini adalah kekuatan alat tiup yang membantu dramatisnya kisah Don Juan. AND I LOVE IT! Membuka mata melihat sisi kekuatan orkestra yang biasanya didominasi oleh alat musik gesek.

2018-07-12 03.11.30 1.jpg

Once in a month dengan adanya JCP aku merasa sangat terhibur secara emosi dan psikologis, and last night I couldn’t ask more than Dance, Orchestra, Sing in one night. Every performance set the high bar for next JCP. I really have a high expectation on you! See you next month.

Cheers 💕,
Mendys

Perspektif tulisan ini hanya berasal dari penikmat musik 🙂

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: